JAKARTA - Penurunan ekspor batu bara Indonesia ke China ternyata tidak serta-merta menahan kinerja pembiayaan alat berat PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (Adira Finance). Hingga akhir September 2025, perusahaan masih berhasil mencatatkan penyaluran pembiayaan alat berat sebesar Rp374 miliar.
Chief of Financial Officer (CFO) Adira Finance Sylvanus Gani mengatakan, kinerja positif tersebut menunjukkan ketahanan sektor pembiayaan alat berat meskipun ada tekanan dari menurunnya aktivitas ekspor. Ia mengakui bahwa permintaan alat berat memang berpotensi melemah karena sejumlah perusahaan tambang menunda ekspansi dan pembelian unit baru.
“Namun, hingga kuartal III/2025, Adira Finance mencatat penyaluran pembiayaan alat berat sebesar Rp374 miliar,” ujar Gani, Selasa (4/11/2025). Menurutnya, hal ini menjadi bukti bahwa segmen alat berat masih memiliki peluang pertumbuhan di tengah tantangan sektor tambang.
Adira Finance juga tetap konsisten menyalurkan pembiayaan secara selektif dengan mempertimbangkan risiko serta menjaga kualitas kredit agar tetap sehat.
Sektor Tambang Masih Jadi Penyumbang Terbesar
Gani menjelaskan bahwa sektor pertambangan masih menjadi tulang punggung utama dalam pembiayaan alat berat yang dilakukan Adira Finance. Dari total pembiayaan yang disalurkan, sekitar 70% di antaranya diserap oleh sektor tambang, menjadikannya kontributor terbesar di segmen tersebut.
Kalimantan disebut sebagai wilayah dengan permintaan pembiayaan alat berat paling tinggi karena menjadi pusat utama aktivitas pertambangan batu bara nasional. “Kontribusi terbesar berasal dari sektor pertambangan, dan sebagian besar pembiayaan banyak terserap di Kalimantan,” jelasnya.
Meski demikian, Adira Finance tidak hanya berfokus pada pembiayaan untuk tambang. Perusahaan juga mulai memperluas segmen pembiayaan alat berat ke sektor nonpertambangan seperti pertanian, konstruksi, transportasi, hingga real estate. Langkah ini diambil agar perusahaan tidak terlalu bergantung pada satu sektor yang pergerakannya sangat fluktuatif terhadap harga komoditas global.
Strategi Adira Finance Perkuat Pembiayaan Alat Berat
Dalam menghadapi tantangan permintaan yang cenderung melambat, Adira Finance telah menyiapkan tiga strategi utama untuk memperkuat segmen pembiayaan alat berat. Gani menjelaskan bahwa perusahaan melakukan perluasan line up produk pembiayaan heavy equipment agar lebih beragam dan sesuai dengan kebutuhan berbagai sektor industri.
Selain itu, Adira Finance juga meningkatkan jumlah tenaga pemasaran (manpower) di lini bisnis pembiayaan alat berat. Langkah ini diharapkan dapat memperluas jangkauan pasar dan memperkuat hubungan dengan para nasabah di seluruh Indonesia.
“Kami melakukan perluasan dari sisi line up pembiayaan produk Heavy Equipment dan menambah manpower dari sisi marketing agar bisa lebih menjangkau nasabah secara nasional,” katanya.
Gani menambahkan, perusahaan juga tetap berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan agar tetap menjaga kualitas aset dan menghindari lonjakan kredit bermasalah. Strategi konservatif ini penting untuk memastikan pertumbuhan berkelanjutan di tengah kondisi pasar yang tidak stabil.
Ekspor Batu Bara Anjlok, Dampaknya ke Industri Pembiayaan
Kinerja ekspor batu bara nasional mengalami tekanan besar sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor batu bara turun 20,85% secara kumulatif menjadi US$17,94 miliar hingga September 2025.
Penurunan ini juga disertai dengan turunnya volume ekspor sebesar 4,74% menjadi 285,23 juta ton dalam periode yang sama. Kondisi tersebut memicu kehati-hatian dari perusahaan pembiayaan, termasuk Adira Finance, karena menurunnya aktivitas tambang berpotensi mengurangi kebutuhan alat berat baru.
Namun, di sisi lain, sejumlah komoditas lain seperti besi dan baja serta CPO (crude palm oil) menunjukkan peningkatan ekspor yang cukup signifikan. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menjelaskan bahwa ekspor besi dan baja naik 11,81%, sedangkan ekspor CPO dan turunannya meningkat 32,40% secara kumulatif.
“Nilai ekspor besi dan baja naik 11,81% secara kumulatif, kemudian nilai ekspor batu bara turun 20,85% secara kumulatif, dan nilai ekspor CPO dan turunannya naik 32,40% secara kumulatif,” ujar Pudji.
Peran Pembiayaan Alat Berat dalam Industri Multifinance
Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) menilai bahwa permintaan pembiayaan alat berat menjadi salah satu indikator penting dalam menilai pertumbuhan pembiayaan investasi di sektor multifinance. Hal ini karena alat berat digunakan tidak hanya di tambang, tetapi juga di proyek infrastruktur dan sektor produktif lainnya.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pembiayaan investasi di industri multifinance mencapai Rp177,33 triliun per Juni 2025, atau tumbuh 8,18% year on year (YoY). Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa permintaan pembiayaan untuk sektor-sektor produktif masih cukup kuat, meskipun terjadi perlambatan di sektor tambang.
“Kita tahu alat berat China lagi banyak masuk ke Indonesia untuk dijual kepada para pelaku kontraktor tambang, pelaku pemilik tambang yang perlu mengganti alatnya dan ditawarkan dengan harga yang sangat bersaing dibandingkan dengan alat-alat yang non-China,” ujar Gani.
Fenomena ini turut memengaruhi pola pembiayaan, karena banyak perusahaan tambang kini beralih ke produk dengan harga lebih terjangkau. Adira Finance pun harus menyesuaikan strategi pembiayaannya agar tetap kompetitif di tengah persaingan produk alat berat dari luar negeri.
Optimisme Adira Finance di Tengah Tantangan Global
Meski menghadapi tantangan dari penurunan ekspor dan fluktuasi harga komoditas, Adira Finance tetap optimistis terhadap prospek bisnis alat berat di Indonesia. Perusahaan menilai kebutuhan alat berat di sektor pertambangan, infrastruktur, dan konstruksi masih memiliki ruang pertumbuhan yang besar dalam jangka menengah.
Selain itu, strategi diversifikasi pembiayaan yang dilakukan Adira Finance menjadi kunci dalam menjaga stabilitas bisnis. Dengan memperluas segmen pembiayaan ke sektor nonpertambangan, perusahaan dapat menyeimbangkan risiko dan memperkuat sumber pendapatan di luar tambang.
Kinerja pembiayaan alat berat sebesar Rp374 miliar hingga kuartal III/2025 menjadi bukti nyata bahwa perusahaan tetap solid meski kondisi eksternal sedang menantang.
Prospek Pembiayaan Alat Berat Masih Terbuka
Ke depan, permintaan pembiayaan alat berat diperkirakan akan pulih seiring membaiknya aktivitas ekonomi dan meningkatnya kebutuhan proyek infrastruktur nasional. Pemerintah juga terus mendorong investasi di sektor hilirisasi tambang dan pembangunan kawasan industri baru yang tentu membutuhkan dukungan alat berat.
Adira Finance akan terus menyesuaikan strategi bisnisnya dengan dinamika pasar, termasuk memperkuat kolaborasi dengan produsen alat berat dan meningkatkan efisiensi proses pembiayaan. Dengan prinsip kehati-hatian, perusahaan menargetkan pertumbuhan yang berkelanjutan tanpa mengorbankan kualitas portofolio kredit.
Melalui kombinasi antara strategi ekspansi yang terukur, manajemen risiko yang disiplin, dan diversifikasi sektor pembiayaan, Adira Finance optimistis dapat mempertahankan performa positif hingga akhir tahun. Meskipun ekspor batu bara menurun, perusahaan tetap mampu menunjukkan ketahanan dalam menghadapi perubahan pasar sekaligus memperkuat posisinya sebagai salah satu pemain utama dalam industri pembiayaan alat berat nasional.